Saham dan Valas Awal Tahun 2015

18 October 2014, 17:00
Alfanarendra Sakti Winoto
0
1 078
Masih ingat dengan catatan saya 6 bulan (maret 2014) yang lalu tentang prediksi penguatan mata uang US Dollar dan melemahnya saham-saham global ? Jika sudah lupa silahkan baca lagi di artikel US Dollar Menguat 2014 dan Jatuhnya Saham-Saham Global 

Saya sendiri mendapat banyak manfaat dan pelajaran dari informasi yang saya susun dulu itu. Lantas bagaimana kelanjutannya menjelang tahun 2015 ?

Seperti kita ketahui, sebentar lagi kita memasuki tahun 2015. Apa yang akan terjadi di 2015 khususnya di pasar saham dan valas?

Kebijakan Pemerintah Menguntungkan Sektor Tambang dan Mineral

Saya akan berbicara mulai dari dalam negeri dulu, mulai tahun ini pemerintah Indonesia melarang export barang tambang mentah (bijih logam dan mineral) ke luar negeri, tujuannya untuk meningkatkan nilai barang tersebut karena diharapkan ada proses produksi didalam negeri sehingga ada value added yang kita dapatkan.

Efek dari kebijakan itu tentu saja produksi dalam negeri makin bagus, perusahaan-perusahaan pengolahan bijih tambang dan mineral akan bergairah karena potensi keuntungan perusahaan meningkat. Saham tambang dan mineral dalam negeri akan tumbuh pasti.

Apakah akan berdampak secara global? meskipun tidak massive, saya yakin pasar barang tambang dunia akan terpengaruh termasuk saham-saham perusahaannya.

Isu Kawasan Russia-Uni Eropa

Senada dengan hal itu, dilevel kawasan, saat ini seperti kita ketahui bahwa masih terjadi krisis Rusia vs Uni Eropa terkait masalah Ukraina. 
Dampak krisis tersebut adalah Uni Eropa mengancam embargo untuk Rusia. Rusia melakukan serangan balik dengan mengurangi/bahkan menghentikan expor gas ke kawasan eropa. Ketergantungan Uni Eropa terhadap energi dari Rusia tentu akan buruk dampaknya jika Rusia benar-benar melanjutkan ancamannya. 

Analisa saham dan valas awal 2015
Perusahaan-perusahaan eropa yang mengandalkan energi untuk produksi sudah barang tentu akan kelabakan dengan berkurangnya supplay energi itu, otomatis biaya produksi jadi lebih mahal, dan pertumbuhan perusahaan melambat. Kita akan mulai melihat itu akhir tahun ini, karena seperti kita ketahui bahwa kebutuhan energi dunia itu meningkat ketikan akhir tahun hingga triwulan pertama awal tahun berikutnya. 

Kita juga perhitungkan adanya musim dingin di eropa dan amerika serikat, dimana ketika musim dingin kebutuhan akan bahan bakar dan gas akan meningkat pula. Saya yakin logika sederhana kita sudah bisa menangkap bahwa harga akan naik dengan adanya fenomena tersebut. Harga yang tinggi tentu akan diikuti oleh peningkatan performa perusahaan pengolahnya, saham perusahaan pengolahan energi akan ikut naik.


Kemudian bagaimana kaitannya dengan valuta asing?

Beberapa ahli investasi pernah mengatakan pada saya bahwa harga saham itu berbanding terbalik dengan nilai uang. Jika sesuai dengan analisa awal diatas tadi dimana ada banyak saham-saham vital yang berpotensi naik, maka valuta asing (dalam hal ini US Dollar akan menurun nilainya), karena hingga hari ini kita masih sepakat bahwa transaksi keuangan dunia sebagian besar masih menggunakan US Dollar sebagai alat pembayarannya, meskipun akhir-akhir ini tersiar kabar bahwa beberapa negara arab hanya mau menjual minyak mereka jika dibayar menggunakan mata uang Euro atau emas.

Potensi Pelemahan US Dollar di Tahun 2015

Dengan berbagai fenomena yang sudah bisa kita amati hingga sekarang ini, asalkan tidak ada krisis ekonomi global, maka  maka dalam beberapa bulan kedepan sepertinya US Dollar rawan untuk melemah, disisi lain Euro dan emas berpotensi menguat. Emas akan menguat karena dia memiliki posisi aman sebagai penimbun aset. 

Di Amerika Serikat sendiri kebijakan bank central mereka menurunkan jumlah bantuan talangan dana (tapering) secara bertahap (dari tadinya 85 miliar dollar perbulan dan bulan ini tinggal 15 miliar dollar perbulan) hingga nanti akhir tahun ini akan dipangkas habis, karena mereka sudah yakin bahwa pertumbuhan ekonomi mereka sudah cukup kuat, hal itu tentu akan ikut mempengaruhi kekuatan US Dollar. Keyakinan saya itu juga didukung oleh isu bahwa Inggris dan Uni Eropa bersiap meningkatkan suku bunga mereka, sehingga berpotensi mendongkrak nilai mata uang mereka yang secara tidak langsung dapat kita sebut sebagai lawan US Dollar.

Terakhir dari saya, bijaklah menanggapi, tulisan ini sebatas pada wacana pribadi dan tidak serta merta dapat dijadikan sebagai rujukan berinvestasi.

 

Share it with friends: